hujan mengahantarkanku untuk lebih dekat dengan sunyi. setelah kemarin saya memutuskan untuk tidak menjadi Amba. saya mulai kembali menjadi Nasreen yang dulu. barangkali tetap menjadi Putri Nasreen yang ingin memeluk kebaikan akan memberikan ketenangan yang berarti. sunyi yang bermartabat
seperti bacaan minggu ini “hujan bulan juni” meski aku sedikit leha-leha. bahkan dengan kalimat yang begitu panjang namun tidak membosankan.
sekarang saya mendatangkan Nasreen (lagi). setelah hampir setahun lamanya ia beristirahat. sangat lama. entah apa yang sedang ia pikirkan. entah apa yang saat ini ia kerjakan.
lama gitar itu tak ia mainkan. lama juga tak mendengarkan musik. kini ia kembali. membenahi semuanya. dan aku merindukan Nasreen dua tahun lalu. “selain duduk dikamar, kemudian melakukan hal yang menyenangkan buatmu?”
“aku tidak tahu selama itu duduk dan sore ini aku bangun. dibangunkan Amba yang tak kukenal, tapi kau mengenalnya. kenapa kau tidak membangunkanku”
“terlalu banyak hal yang membuatku enggan untuk membangunkanmu. kamu terlalu asyik dengan duniamu sekarang. lihatlah kamu! tampak menghitam!”
“aku akan bangun dan ikut mendoakan Bapakmu.”
“kamu tahu bapakku sakit?”
“lebih dari sekadar tahu. hanya saja, aku diam dibelakangmu.”
“terima kasih. tapi aku yakin dimanapun doa. Tuhan selalu tahu dan mendengar. bahkan ia akan mengabulkan. meski sesekali dan entah kapan.”
“nanti kita bicara lagi setelah magrib. silakan lanjutkan dulu pekerjaanmu.”
….
entah apa lagi yang perempuan itu bicarakan di depan cermin. tampaknya ia begitu khusyuk berbicara masa lalu.