Karya
Siti Halimah
“Menulis Perlu kekuatan diantara
dua belah pihak.kertas dan penaadalah kekuatan yang saling melengkapi , lalu
aku?juga harus beradadiantara mereka?
***
Malam
begitu pekat memberi tanda bahwa sekejap semua lelap, tertidur meninggalkan
keadaan lelah setelah siang. Disebuah hutan ada sekelompok manusia yang sedang
menikmati alam. mereka bergantian menyanyi, memberikan cerita yang menghiasi
malam. Setelah itu mereka tertidur
Keesokan
harinya mereka bergegas pulang. Matahari
mulai tampak dari timur,burung-burung mulai bersautan. Daun melambai tertiup angin
dan embun senang berada diatasnya. Hutan
mulai sunyi setelah mereka meninggalkan perkemahan. Tapi ada yang masih
tertinggal. Ya, itu seperti kertas dan
pena, setelah aku lihat lebih dekat ternyata benar itu kertas dan pena.
Kemudian aku mendekat keduanya seolah sedang berbincang.
“Aku
ingin kau lebih serius dalam menjalankan tugasmu sebaai pena.”Kata Kertas.
Semakin mendekat ternyata benar keduanya seperti sedang bertengkar sanagt
hebat, apa yang pena dan kertas masalahkan.
“Aku
sudah berulang kali mengatakan adakalanya kita perlu istirahat untuk menengok
kehidupan. Bukan hanya sekadar menuliskannya” Kata Pena membalas.
Aku
semakin curiga dengan perkataan pena dan kertas, barangkali mereka perlu
pemahaman. Tapi Aku tak mungkin muncul tiba-tiba dihadapan keduanya. Aku takut Pena
dan Kertas diam. Akhirnya aku memutuskan untuk terus mendengarkan berbincang.
“Pena,
semakin kau serius maka perkembangan penulismu akan semakin cepat.” Kata kertas
mulai menurunkan suaranya
“Tapi
itu bukan urusanku saja, Tapi kamu juga” Pena mengelak. Sepertinya aku harus
segera mengahampiri pena dan kertas.
“Kalian,
pena dan kertas. Sudahlah ini adalah kesalahanku membiarkan kalian. Kalian tak
harus resah. Seharusnya Aku yang resah. Karena aku yang menggerakkan kalian.
Jika Aku diam maka kalian akan diam, pun sebaliknya. Tidak perlu khawatir.
Sekali lagi, Aku yang yang harus bertanggung jawab” Sahutku kemudian.
Ya
pena dan kertas bertikai karenaku. Bukan hanya mereka yang harus
bertanggungjawab atas tulisanku. Tapi, juga aku. Aku sebagai pemilik mereka berdua.
Aku sebagai seseorang yang ingin menjadi penulis.
“Tidak.
Tapi kita. Ya, aku pena dan kamu” Jawab kerta kemudian.
“Ya,
Kita juga harus saling memiliki, melengkapi demi sebuah asa.” Sahut Pena
kemudian .
Akhirnya
aku pena dan kertas duduk kemudian. kami menuntaskan tulisan kami. Aku, pena
dan kertas memutuskan melanjutkan novel kami yang sudah tiga tahun disimpan
rapi.
Hutan
kembali sunyi setelah pertengkarang kertas dan pena selesai, burung-burung
mulai bersahutan kembali. Dan aku mulai
menulis.
***
Cerita ini diambil dari
cerita pribadi yang memiliki nilai “Bahwa Tanggungjawab harus Tercipta dari
Setiap Pelakunya sehingga menjadikan sebuah asa”
No comments:
Post a Comment