DUNIA NASREEN H. AZBIAH

Perempuan yang akrab dengan Sunyi dan Kopi. Setelah mencintai Mahari, Bunga, dan Tamtam. Ada yang lebih aku cintai yaitu ular, katak dan laba-laba.- Siti Halimah

BERBAHASA SEJAK LAHIR

 

BERBAHASA SEJAK LAHIR

:Siti Halimah

 

“Terdapat banyak bukti bahwa manusia memiliki warisan biologi yang sudah ada sejak lahir berupa kesanggupan untuk berkomunikasi dengan bahasa khusus manusia dan itu tidak ada hubungannya dengan kecerdasan atau pemikiran.” Lennerberg, 1964

 

Berawal dari munculnya bahasa yang sudah ada sejak lahir. Pendidikan bahasa Indonesia di sekolah juga perlu ditingkatkan, terutama pembelajaran bahasa Indonesia. Setiap pembelajaran di sekolah pada umumnya memerlukan pengetahuan mengenai berbahasa Indonesia, bahkan diabad 21 ini pendidikan Bahasa Indonesia perlu disepakati keberadaannya, karena dengan berkembangnya zaman banyak bahasa dari berbagai wahana yang masuk, dan merusak bahasa aslinya, seperti belakangan ini timbul bahasa digital yang dipengaruhi oleh bahasa asing. Contohnya, kata download yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Nyatanya download mempunyai padanan kata dalam bahasa Indonesia yaitu unduh. Berdasarkan hal tersebut tanpa pendidikan bahasa Indonesia setiap pengguna kata download akan asing dengan kata “unduh”. Pendidikan bahasa Indonesia sudah sulit ditempatkan pada tempatnya. Hingga pada akhirnya perlu peran pendidik dalam memperkenalkan bahasa yang sudah jarang digunakan oleh pemakai bahasa. Terutama didunia sekolah.

Pendidikan bahasa Indonesia penting diterapkan untuk menjaga bahasa Indonesia sebab bahasa Indonesia adalah dasar untuk pendidik menyampaikan ilmunya pada murid, pun sebaliknya. Pendidikan Indonesia sangat memberikan sumbangsih agar setiap murid percaya diri untuk mengeluarkan ide kreatif dari pengetahuan lain yang dimiliki.

Sejak dini bahasa Indonesia senantiasa diterapkan, dari pendidikan usia dini yaitu guru mengajarkan setiap haruf serta pengucapan huruf dengan tidak disadari. Guru memperkenalkan Fonem atau satuan bunyi terkecil yang menunjukan kontras makna (misalnya fonem untuk membedakan makna), pengucapan arus dan harus jika tidak jelas maka akan melenceng maksudnya. Pengucapannya berbeda, maka maknanya pun akan berbeda sehinga dari hal ini anak bisa mengenal kata. Bahkan dalam pendidikan kanak-anak sudah mulai diperkenalkan dengan suku kata ataupun klausa agar bisa berbicara dengan baik.

Setelah jenjang pendidikan usia dini atau taman kanak-kanak melanjutkan lagi ke tingkat selanjutnya, sedangkan sejak Sekolah Dasar  anak sudah lebih sering diperkenalkan dengan kalimat: diaplikasikan dengan membaca nyaring. 

Kemudian menginjak Sekolah Mengengah Pertama anak diperkenalkan dengan hal yang baru, bukan lagi tentang mengenal kalimat melainkan pembelajaran bahasa Indonesia yang lebih cenderung dengan paragraf (teks), pada usia ini anak harus siap terampil membaca dengan rapi dan cermat.

Pada jenjang Sekolah Menegah Atas baru anak akan lebih jauh lagi mengenal bahasa Indonesia, sudah tidak dengan huruf, kata, klausa paragraf melainkan berbasis teks sampai menganalisis. bahkan dikurikulum nasional ini pembelajaran bahasa Indonesia sudah dikenalkan belajar berbasis teks dari tingkat Sekolah Dasar.  Hingga pembelajaran bahasa Indonesia semakin kaya dan luas. Menginjak bangku kuliah semua hal yang diajarkan sejak lahir sampai dewasa akan lebih diperdalam sehingga menemukan ragam bahasa yang sudah ada sejak lahir.

Berdasarkan pemikiran dan pengalaman yang penulis uraikan, maka perlu adanya perhatian dalam berbahasa sejak lahir: dari keluarga, pendidik serta pemerhati pendidikan.  Perlu perbaikan berbahasa dari setiap pendidik yang terlibat, dan lebih utama pendidik bahasa Indonesia dengan ditingkatkannya kompetensi pendidik bahasa Indonesia dengan mengadakan pelatihan rutin terkait pengembangan pendidikan bahasa Indonesia pada setiap jenjang, bahkan tidak hanya bahasa saja perlu juga dibubuhi sastra didalamnya.

 

Referensi Bacaan

Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta 


Dipublikasi di 

https://medialiterasinasional.com/berbahasa-sejak-lahir/ 

KAJIAN STRUKTUR TERHADAP NOVEL LAIN ETA KARYA MOH AMBRI

 


                                                 Oleh Siti Halimah

 

                 Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur cerita dari novel Lain Eta karya Moh. Ambri serta analisis feminis. Metode yang digunakan adalah metode deskripsi dengan teknik kajian pustaka. Karya sastra ini memiliki karakter utamanya, yaitu perempuan. novel ini memiliki tema, yakni kawin paksa. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah fakta-fakta cerita Robert Stanton untuk kajian struktural. Pihak orang tua dari masing-masing karakter utama itu menginginkan agar anaknya menikah dengan lelaki pilihan, bukan dengan yang dicintai oleh anaknya. Konflik ini pada akhirnya membuat keseluruhan cerita berkembang dan mengarah pada akhir cerita yang berbeda. Dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan mengenai sastra daerah di Indonesia.

 

Kata Kunci: struktur dan novel

 

PENDAHULUAN

Sastra diartikan sebagai ungkapan atau pemikiran manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, dan keyakinan dalam suatu bentuk konkret yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya dan dapat membangkitkan berbagai respon keindahan kepada penikmat sastra.  Sumardjo dan Saini (1985: 1) mengatakan, “Sastra adalah karya dan kegiatan seni yang berhubungan dengan ekspresi dan penciptaaan, sedang tugas membuat batasan adalah kegiatan keilmuan”.

Mengapresiasi sastra dapat dilakukan melalui kegiatan langsung dan kegiatan tidak langsung. Kegiatan langsung yaitu kegiatan menikmati karya sastra secara langsung serta mengapresiasikannya baik dalam membaca puisi, novel, puisi, atau naskah drama, sedangkan kegiatan tidak langsung adalah kegiatan megapresiasi yang dilakukan secara tidak langsung di antaranya seperti mempelajari teori sastra dan membaca artikel kesastraan di media cetak, maupun di jejaring sosial (Aminudin, 2011: 36).

Materi ajar bahasa dan sastra Indonesia, mempunyai dua rumpun ilmu yang dipelajari yaitu bahasa dan sastra. Sastra tidak terlepas dari struktur pembangun, hal ini disebabkan karena sastra adalah cabang ilmu yang dapat dikaji, baik dari segi struktur lahir dan batin ataupun dari makna karya sastra tersebut.  Sumardjo dan Saini (1998: 5) mengatakan bahwa, karya sastra adalah usaha merekam isi jiwa sastrawannya yang menggunakan alat bahasa. Sastra adalah bentuk rekaman bahasa yang disampaikan kepada orang lain.

Sumardjo dan Saini (198 8: 29) melanjutkan bahwa, novel merupakan cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang luas. Ukuran yang luas dapat berarti cerita dengan plot (alur) yang kompleks, karakter yang banyak, tema yang kompleks, suasana cerita yang beragam, dan setting cerita yang beragam pula.  Selain sebagai sarana rekreatif novel juga mengandung makna yang hendak disampaikan. Melalui novel juga pengarang ingin memberikan cerminan kehidupan bagi manusia tentang nilai-nilai kehidupan. “Karya sastra memberi kesadaran kepada pembacanya tentang kebenaran-kebenaran hidup ini daripadanya kita dapat memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang mendalam tentang manusia, dunia dan kehidupan” (Sumardjo dan Saini K. M, 1988: 8).

Mengingat pentingnya pembelajaran sastra, terutama pemahaman terhadap dalam hal menulis yang terkandung akan bermanfaat bagi perkembangan karakter kesusastraan di dunia pendidikan khususnya karakter bagi siswa. Pembelajaran sastra dalam pendidikan formal perlu dikembangkan dari apa yang sudah ada sekarang ini. Kaitan dengan hal tersebut, pembelajaran menulis seringkali menjadi fenomena yang sukar bagi pembelajar dengan berbagai alasan, diantaranya karena menulis adalah membutuhkan kreativitas yang sangat tinggi, baik ide maupun media yang digunakan untuk menimbulkan kreatifitas..  

Mengingat pentingnya pembelajaran sastra, terutama pemahaman terhadap dalam hal menulis yang terkandung akan bermanfaat bagi perkembangan karakter kesusastraan di dunia pendidikan khususnya karakter bagi siswa. Pembelajaran sastra dalam pendidikan formal perlu dikembangkan dari apa yang sudah ada sekarang ini. Kaitan dengan hal tersebut, pembelajaran menulis seringkali menjadi fenomena yang sukar bagi pembelajar dengan berbagai alasan, diantaranya karena menulis adalah membutuhkan kreativitas yang sangat tinggi, baik ide maupun media yang digunakan untuk menimbulkan kreatifitas..  

 Dewasa ini sebuah fenomena muncul dalam dunia pendidikan, pendidikan jiwa menulis sudah tidak tampak pada diri siswa dengan berbagai alasan yang telah dijelaskan yaitu sulitinya menemukan ide  dan lain-lain. Hal yang membuat itu terjadi dapat dilihat dari menurunnya tingkat apresiasi siswa terhadap sastra adalah berkurangnya apresiasi siswa terhadap menulis. Pada saat ini siswa hanya sekadar mengenal novel tanpa tahu yang terkandung didalamya juga bisa dikembangkan, tanpa mempelajarinya secara lebih dalam dan mengkajinya unutk dijadikan bahan menulis. Bahkan dilapangan, ketika pembelajaran menulis banyak guru yang hanya menugaskan siswa untuk mengumpulkan tanpa ada evaluasi lebih lanjut terhadap pekerjaan siswa sehingga menurunnya tingkat keingiinan siswa untuk menulis.

Dunia ini erat kaitannya dengan buku, bahkan muncul istilah buku merupakan jendela dunia. Hal tersebut menyiratkan betapa pentingnya kedudukan buku dalam dunia modern. Kedudukan buku dalam dunia pengetahuan merupakan sumber ilmu yang dapat dipelajari oleh pembelajar. Melalui buku diperoleh suatu informasi yang mengandung pengetahuan.

Salah satu buku yang menunjang dalam bidang pendidikan ialah buku pengayaan. Oleh karena itu, buku pengayaan merupakan salah satu sarana atau instrumen yang baik dan memberikan pengaruh besar terhadap keberhasilan pembelajaran.  Keberadaan buku pengayaan diperkuat oleh Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2 tahun 2008 pasal 6 (2) yang menyatakan bahwa “selain buku teks pelajaran, pendidik dapat mengggunakan buku panduan pendidik, buku pengayaan, dan buku referensi dalam proses pembelajaran”. Jadi, buku pengayaan merupakan salah satu penunjang dalam pembelajaran yang sifatnya mengembangkan kompetensi peserta didik, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun sikap.

Kurikulum 2013 menuntut agar pembelajaran dilaksanakan secara inovatif  dan kreatif. Tidak hanya guru yang dituntut berperan aktif, perangkat pembelajaran pun, khususnya buku pengayaan, harus dikembangkan secara kreatif. Buku pengayaan sebaiknya memuat tiga ranah kompetensi yang harus dikuasai peserta didik. Tiga ranah kompetensi tersebut yakni sikap, peng  etahuan, dan keterampilan. Sikap diperoleh melalui aktivitas “menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas “mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta”. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas “mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”. 

Dalam proses pembelajaran menulis memerlukan suatu alat bantu sebagai penunjang belajar tanpa harus berkutat dengan pembelajaran yang membosankan dikelas yang dipenuhi dengan tugas-tugas. Selain itu sering terjadinya kebosanan jam pelajaran dikarenakan penyampaian materi tidak sesuai dengan alokasi waktu yang diberikan, maka sangat perlu sebuah media yang bisa dimanfaatkan oleh pendidik tanpa harus mengadakan jam tLain Etahan disekolah.       

Beberapa penelitian telah melakukan penelitian mengenai kajian novel Lain Eta salah satunya adalah penelitian yang berjudul Perbandingan novel Lain eta karya Moh. Ambri dengan Djeumpa Atjeh karya H.M. Zainuddin (Kajian Struktural dan Etnopedagogik) yang menyimpulkan bahwa kajian structural Novel Lain Eta karya Moh. Ambri ditulis dalam bahasa Sunda dan tentu saja membawa latar belakang kehidupan masyarakat Sunda di daerah Cianjur, Jawa Barat. Karakter utama keduanya sama-sama perempuan (Neng Eha dan Sitti Saniah), menjadi salah satu aspek yang sangat penting untuk dibandingkan mengingat nasib dan kehidupan keduanya sama-sama terkekang oleh aturan lama yang dipegang orang tuanya Hal yang menarik adalah tema kawin paksa yang dihubungkan dengan nilainilai etnopedagogik. Sebagaimana disebutkan di atas bahwa etnopedagogik adalah pembelajaran yang bersumber dari kearifan lokal, Tema kawin paksa tentu saja suatu tema yang setidaknya mengandung konflik yang menuai perlawanan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam isi cerita, begitu pula dalam dua novel ini. Hal ini justru menarik untuk dihubungkan dengan nilai-nilai etnopedagogik di masing-masing daerah. Bagaimana mereka menghadapi kenyataan hidup yang demikian dengan tetap menjaga norma-norma adat yang berlaku dan tetap menjadi pribadi-pribadi yang menjaga norma-norma tersebut. Karena selalu ada hikmah dan bahan pembelajaran dari setiap permasalahan dalam kehidupan, yang dalam konteks ini adalah permasalahan yang ditemukan dalam karya sastra. Keterbaruan dalam penelitian ini terletak pada analisis feminisme novel Lain Eta dan intisari yang dijadikan rangsangan audio-visual membuat model pembelajaran dan sekaligus diterapkan kepada siswa.  Pada penelitian ini juga diharapkan novel lain eta karya moh ambri bisa di baca oleh generasi muda dan terjadi alih wahana bahasa serta bentuk karya sastra. 

Penelitian-penelitian terdahulu telah banyak menganalisis perbandingan novel lain eta  dari berbagai persfektif. Sementara itu, penelitian ini berupaya untuk menganalisis struktur dan feminis lebih dalam. Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kajian struktur dan feminisme dalam novel Lain Eta  karya Moh Ambri, dan pemanfaatannya untuk menyusun modei pembelajalan menulis puisi berbasis blog. Adapun judul yang diambil yaitu “Kajian Struktur-Feminisme Terhadap Novel Lain Eta karya Moh Ambri (Dimanfaatkan untuk Menyusun Buku Pengayaan Menulis Kritik Sastra di SMK). 

Metodologi Penelitian 

Penggunaan metode yang tepat dalam melakukan sebuah penelitian akan berdampak pula pada hasil yang akan diperoleh. Oleh karena itu, metode yang dipilih harus sesuai dan dipilih secara cermat. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.  

Sugiyono (2005) berpendapat bahwa penelitian kualitatif digunakan untuk meneliti pada suatu kondisi objek secara alamiah, diantaranya peneliti sebagai instrumen kunci atau alat pengumpul data yang utama. Dalam penelitiannya, peneliti menjadi instrumen atau alat penelitian itu sendiri. Oleh karenanya, peneliti sebagai instrumen harus divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif serta siap melakukan penelitian untuk terjun ke lapangan.

Dalam pendekatan penelitian kualitatif terdapat kegiatan dan langkah-langkah yang memerlukan perhatian khusus, yakni (1) penentuan dan pengurutan (ranking) informan; (2) proses triangulasi: data yang diperoleh dalam wawancara, observasi, dan studi dokumenter dari setiap informan; (3) proses member check: pengecekan data dari seorang informan dengan data dari informan lainnya; (4) analisis data dan interpretasi pada setiap tahap kegiatan pengumpulan data serta interpretasi akhir (Sukmadinata, hlm. 287-288).

Menurut Arikunto (2010: 3) istilah deskriptif  berasal dari istilah bahasa inggris to describe yang berarti memaparkan sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan dan lain-lain. Dengan demikian yang dimaksud dengan penelitian deskriptif adalah penelitian yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Penelitian deskriptif tidak selalu menuntut adanya hipotesis. Demikian pula perlakuan atau manipulasi variabel tidak dilakukan, sebab gejala dan peristiwa telah ada dan peneliti tinggal mendeskripsikannya (Sudjana dan Ibrahim, 2007: 64).

Penggunaan metode deskritif  dilakukan karena mendeskripsikan suatu kejadian atau peristiwa yang ada pada masa sekarang melalui proses pengumpulan, penyusunan, pengolahan dan penafsiran data. Metode deskriptif dalam penelitian ini bertujuan untuk. Mendeskripsikan kajian struktur karakter, alur, dan latar dalam novel Lain Eta karya Moh Ambri.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Struktur Novel Lain Eta karya Moh. Ambri

Analisis tentang perbandingan dalam penelitian ini, yaitu analisis struktural. Unsur-unsur yang termasuk dalam fakta cerita menurut Robert Stanton yaitu karakter, alur, dan latar, yang dalam penelitian ini ditambah pula dengan tema. Unsur-unsur tersebut mempunyai fungsi sebagai catatan imajinatif terhadap isi carita.

Karakter Utama

Menurut Stanton (2012, hlm. 33) yang disebut karakter utama adalah karakter yang terikat dengan semua kejadian dalam isi cerita. Alasan mengapa seorang karakter melakukan suatu hal adalah karena adanya ‘motivasi’. Motivasi spesifik seorang karakter sebab suatu reaksi spontan, yang bisa saja karena tidak disengaja, yang dijelaskan dalam adegan atau dialog. Motivasi dasar merupakan aspek umum dari seorang karakter yang menyebabkan karakter itu ada dalam alur cerita.

Maspuroh (2015, hlm. 234) menyebutkan bahwa suatu kaarya sastra yang baru, bisa ditulis berdasarkan karya sastra yang telah lebih dulu ada, karena sebuah karya sastra bisa mendapatkan pengaruh dari karya sebelumnya. Analisis tentang perbandingan dalam penelitian ini, yaitu analisis struktural. Unsur-unsur yang termasuk dalam fakta cerita menurut Robert Stanton yaitu karakter, alur, dan latar, yang dalam penelitian ini ditambah pula dengan tema. Unsur-unsur tersebut mempunyai fungsi sebagai catatan imajinatif terhadap isi carita. Unsur-unsur itu disebut juga struktur faktual atau tingkatan faktual. Struktur faktual cerita

Neng Eha adalah karakter utama dari masing-masing novel. Oleh orang-orang di sekitarnya, Neng Eha sangat dihargai, baik karena melihat orang tua mereka, maupun karena sifat fan tingkah laku mereka sendiri. Dari 7 bab dalam novel Lain Eta, karakter Neng Eha tidak terlalu dibahas dalam bab “Lain Kupu” biarpun memang masalah yang ada menyangkut dirinya. ketika kedua orang tuanya membahas tentang perjodohannya. Hal ini menyebabkan adanya motif, yaitu kedua orang tua yang tidak mempedulikan perasaan anaknya dalam masalah perjodohan.

Kehidupan sehari-harinya tidak pernah melawan orang tua. Dalam sedikit perlawanannya pun hanya ada menjelang akhir cerita. Neng Eha merupakan anak tunggal dan sedikit dimanja orang tuanya, Tetapi yang dijelaskan hanya Neng Eha, yakni ia pernah bersekolah di H.I.S.

Karakter Tambahan

Dalam novel Lain Eta laki-laki yang diceritakan dekat dengan Neng Eha ada tiga orang, Nasib laki-laki yang pertama (Mahmud dan Nya’ Amat) sama, setelah lamaran diterima, tidak lama kemudian dari pihak orang tua perempuan mendadak membatalkannya. Dalam menyampaikan lamarannya, baik Mahmud maupun Nya’ Amat sama-sama dibantu oleh pihak lain. Mahmud     dibantu     oleh                                               Raden Kartakusumah, kerabat jauhnya yang cukup mengenal orang tua Neng Eha. Sedangkan Nya’ Amat dibantu oleh Engku Sulaiman beserta istrinya. Engku Sulaiman sendiri sudah dianggap orang tua oleh Nya’ Amat, dan sangat mendukung agar Nya’ Amat bisa bersatu dengan Sitti Saniah.

Pihak orang tua dari karakter utama dalam masing-masing novel ingin memiliki menantu dari kalangan atas, yakni bangsawan. Juragan Kalipah, ayah Neng Eha ingin agar anaknya menikah dengan laki-laki turunan raden, sedangkan Ibu Saniah ingin anaknya menikah dengan bangsawan. Perbedaannya, pihak orang tua yang otoriter dari novel Lain Eta yaitu ayah Neng Eha, Juragan Kalipah,

Adanya motif karakter yang membantu untuk lamaran ini menjadi salah satu motif yang sama, khas, dan kuat, dari novel. Raden Kartakusumah masih memiliki kekerabatan dengan Mahmud. Baik Raden Kartakusumah mempunyai pribadi yang bijaksana, karena ketika lamaran itu ditolak, mereka tidak merasa ingin membalas sakit hati atau lainnya.

Selanjutnya,          adanya     karakter dukun, Dalam novel Lain Eta, karakter yang meminta tolong pada dukun adalah Neng Eha, sang karakter utama. Ia diantar oleh Uwanya ketika mendatangi rumah Mang Okom. Juragan Teja adalah satu-satunya orang yang bisa dipercaya oleh Neng Eha.

  Alur

Alur merupakan rangkaian peristiwa dalam suatu cerita. Peristiwa kausal yaitu peristiwa atau kejadian yang menyebabkan atau mempunya dampak yang panjang dan berpengaruh terhadap isi cerita (Stanton, 2012, hlm. 26). Novel sendiri bisa menunjukan perkembangan satu karakternya, keadaan sosial yang rumit, hubungan beberapa karakter, dan kejadian-kejadian yang ada dalam tahun- tahun yang telah berlalu dengan rinci (Stanton, 2012, hlm. 90). Bisa saja kejadian itu tidak penting, tapi bisa menyebabkan          perubahan        atau berpengaruh terhadap isi cerita sampai tamat. Peristiwa kausal juga tidak dibatasi terhadap hal-hal yang sipatnya fisik, tapi bisa pula terhadap perubahan kebiasaan- kebiasaan, prinsip hirup, dll. (Stanton, 2012, hlm. 26).

Novel Lain Eta terdiri dari 7 bab dalam 85 halaman, Tapi meskitpun begitu, masalah yang ditemukan lebih banyak dan lebih rapat dalam novel Lain Eta. Karena hanya terdiri dari 85 halaman, maka alur dan perubahan-perubahan kejadiannya lebih cepat namun sedikit deskripsi. Dibandingkan dengan Lain Eta

Tema

Tema merupakan aspek cerita yang sejaajr dengan makna dalam pengalaman manuisa; hal yang menyebabkan suatu pengalaman dapat diingat lebih lama. Tema berdasarkan aspek-aspek dalam kehidupan, yang menyebabkan adanya nilai-nilai kehidupan yang nampak dari dalam cerita. Dengan adanya tema, isi cerita menjadi terfokus, dan mempunyai dampak. Cara yang efektif agar bisa mengetahui tema dari suatu cerita adalah dengan cara memahami setiap konflik yang ada dalam isi cerita (Stanton, 2012, hlm. 36).

Motif kawin paksa terlihat jelas dalam novel ini. Dari mulai analisis dari karkater orang tua dari karakter utama yang bersikap otoriter, menunjukan bahwa mereka lebih mementingkan urusan harkat dan amartabat daripada perasaan anaknya. Seperti yang diinginkan oleh Juragan Kalipah, ayah Neng Eha, bahwa ia menginginkan agar anaknya menikah dengan laki-laki yang sama-sama turunan raden. Emas harus bersanding dengan emas juga, begitu pun sebaliknya. Karena jika tidak begitu, maka akan hilang sifat dari keemasannya, hilang keradenannya.

Motif diam-diam dalam melakukan suatu hal pun sama-sama terlihat dalam novel ini. Latar belakang sosial dan budaya dari kedua novel ini sama-sama menganut kesopanan dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan yang belum terikat dalam pernikahan. Selain itu, jika kedua orang tua mereka tahu, sudah pasti akan kena marah dan hukuman. Ayah Neng Eha adalah seorang Kalipah Kota, pasti akan malu dan marah jika mendapati anaknya sedang berduaan dengan laki-laki yang bukan muhrimnya.

Motif latar belakang keluarga dan pihak orang tua dari karakter laki-laki juga berpengaruh terhadap ditolaknya lamaran mereka oleh orang tua perempuan. Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa pihak orang tua perempuan menginginkan laki- laki yang sepadan dengannya. Namun pada kenyataannya, Mahmud berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja. Sederhana namun mengedepankan kemajuan anak laki- lakinya dalam bidang pendidikan. Orang tua Mahmud hanya disebutkan namanya saja, dan apa pekerjaannya. Hal seperti ini banyak terjadi dalam novel-novel Balai Pustaka, di mana orang tua terutama pihak ibu, tidak menginginkan anaknya untuk merantau demi bersekolah karena tidak ingin berpisah dalam jarak yang jauh dan dalam wajtu yang lama.

Meskitpun sama-sama pernah bersekolah, namun hal itu tidak menjadi bahan pertimbangan agar lamaran mereka diterima sampai menikah. Saat melamar Neng Eha, Mahmud tinggal beberapa bulan lagi lulus dari sekolahnya di Batavia. Tapi hal itu pun juga tidak berpengaruh, karena yang orang tua pihak perempuan inginkan adalah turunan raden dan bangsawannya. Hal ini juga sitentang oleh ibunda Neng Eha, bahwa sikap otoriter itu lebih memntingkan turunan daripada yang lainnya, seakan-akan lebih baik laki-laki yang buruk rupa tapi raden daripada laki-laki rupawan namun orang biasa.

 

KESIMPULAN

Setelah menganalisis novel Lain Eta karya Moh. Ambri ditemukan bagaimana struktur cerita dari novel. Selain itu, setelah menemukan struktur cerita. Hal ini sangat menarik mengingat novel ini dari daerah dan tentu saja latar belakang kebudayaannya. Namun jika dilihat dari tahun terbitan awal keduanya, memang tidak terlalu jauh. Selain itu, dua novel ini merupakan novel yang terbit oleh Balai Pustaka, di mana sebagai penerbit nomor satu saat itu Balai Pustaka memiliki wewenang dan aturan yang mengikat akan isi cerita yang ditulis oleh pengarang. Alasan utama mengapa dua karya sastra ini dibandingkan adalah karena adanya beberapa motif cerita yang sama, sekaligu menganding perbedaannya pula. Selain itu, karena masing-masing berasal dari daerah yang berbeda, maka akan sangat menarik jika menemukan kesamaan tersebut. Adanya perbedaan itu sudah diawali dari perbedaan daerah asal dan juga latar belakang kebudayaan, yang setelah dianalisis ternyata memiliki kesamaan sekaligus perbedaan yang hampir serupa. Novel Lain Eta karya Moh. Ambri ditulis dalam bahasa Sunda dan tentu saja membawa latar belakang kehidupan masyarakat Sunda di daerah Cianjur, Jawa Barat. selanjutnya semakin bermunculan kesamaan pada motif-motif yang lain. Hal ini tentu saja dengan menggunakan struktur cerita agar sistematis. Karakter utama perempuan (Neng Eha), menjadi salah satu aspek yang sangat penting untuk nasib dan kehidupan terkekang oleh aturan lama yang dipegang orang tuanya. Ditambah lagi dengan karakter pada diri yang berhubungan erat dengan pola asuh kedua orang tua. Motif pada bagian akhir ceritanya pun juga sangat penting, di mana setelah bertahannya alur pada beberapa bab, diakhiri ending yang lebih dramatis.

Hal yang menarik adalah tema kawin paksa yang dihubungkan dengan nilai- nilai etnopedagogik. Sebagaimana disebutkan di atas bahwa etnopedagogik adalah pembelajaran yang bersumber dari kearifan lokal, maka dalam konteks perbandingan dari dua karya sastra ini pun tidak kalah menarik. Tema kawin paksa tentu saja suatu tema yang setidaknya mengandung konflik yang menuai perlawanan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam isi cerita, begitu pula dalam dua novel ini. Hal ini justru menarik untuk dihubungkan dengan nilai-nilai etnopedagogik di masing-masing daerah. Bagaimana mereka menghadapi kenyataan hidup yang demikian dengan tetap menjaga norma-norma adat yang berlaku dan tetap menjadi pribadi-pribadi yang menjaga norma-norma tersebut. Karena selalu ada hikmah dan bahan pembelajaran dari setiap permasalahan dalam kehidupan, yang dalam konteks ini adalah permasalahan yang ditemukan dalam karya sastra.

1.14  Daftar Pustaka

     Aminudin. (2011). Pengantar Apresiasi Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo

 

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Tindakan Praktis.

        Jakarta: Rineka Cipta. 

 

Burhan Nurgiyantoro (2001). Menulis secara Populer. Jakarta:Pustaka Jaya.

 

Damono, Sapardi Djoko.(2005). Pegangan Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta: Pusat Bahasa.

 

Departemen Pendidika n dan Kebudayaan. (2007). Kamus Besar Bahasa

         Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka.

Hamalik, Oemar. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara 

H. Dalman, (2014). Keterampilan Menulis . Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

 

Nursito. (2000).Ikhtisar Kesusastraan Indonesia. Yogyakarta: Adicita.

 

Puskurbuk . (2018). Panduan  Pemilihan Buku Nonteks Pelajaran/Pusat

         Pustaka Prima. 

Semi, M. Atar. 1990. Rencana Pengajaran Bahasa dan Sastra.Bandung:

Angkasa.

 

      Stanton, R. (2012). Teori Fiksi Robert Stanstion. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

 

Sudjiman, Panuti. (1991). Kamus Istilah Sastra. Jakarta: UI Press.

 

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

 

 Sukmadinata, Nana Syaodih. (2007). Metode Penelitian Pendidikan.

   Bandung: Rosdakarya.

 

Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. (1988). Apresiasi Kesusastraan. Jak arta: 

         Pustaka Prima.  

 

Tarigan, H.G. 2008. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.  

Bandung:  Angkasa.

      Wellek, Rene. Austin Warren. (1989). Teori Kesusasteraan. Jakarta: PT

         Gramedia.

 

 

 

ULASAN SINGKAT Sajak-sajak untuk pingkan : buku puisi / Raden Sarwono Hadi ; penyelia naskah, Mirna Yulistianti

 

Sajak-sajak untuk pingkan : buku puisi / Raden Sarwono Hadi ; penyelia naskah, Mirna Yulistianti

 

Jenis Bahan

Monograf

Judul

Sajak-sajak untuk pingkan : buku puisi / Raden Sarwono Hadi ; penyelia naskah, Mirna Yulistianti

Judul Asli

Pengarang

Sarwono Hadi, Raden (penulis)
Mirna Yulistianti (penyelia naskah)

Edisi

Cetakan kedua 1993, 1998- Mantri Statistik Kecamatan Wonomulyo Badan Pusat Statistik Kabupaten Polewali Mamasa, Polewali Mamasa :

Penerbitan

Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2018

Jenis Isi

1993, 1998 teks

Jenis Media

tanpa perantara

Jenis Wadah

volume

ISBN

978-602-03-8305-7

Subjek

Puisi - Kumpulan

Abstrak

Sajak-sajak untuk Pingkan ditulis oleh Raden Sarwono Hadi, peneliti dari sebuah universitas negeri ternama di Indonesia. Konon kabarnya, sajak-sajak di buku ini terinspirasi dari kisah Raden Sarwono, yang tidak jelas endingnya, dengan seorang perempuan yang berbeda latar belakang budaya.

Bahasa

Indonesia

Bentuk Karya

Bukan fiksi

Target Pembaca

Umum

 

ULASAN SINGKAT

Ini adalah buku sapardi yang sangat unik. Sebuah buku dalam buku, iya ini adlaah kumpulan sajak sapardi yang menceritakan tentang Pingkan dan Sarwono yang di yang merupakan tokoh utma dari trologi novel “Hujan Bulan Juni”.

Gaya bahasa sajak dalam buku ini tentunya agak sedikit berbeda dengan gaya kepenuloisan Sapardi pada biasanya, namun sajak pada buku ini masih sama sederhana dengan karya-kray puisi sapardi yang lainnya.

Buku ini membuatku berkali-kali jatuh cinta, pada Pingkan dan Sarwono. Meski sebenar-benarnya, aku belum menemukan sarwono, hingga aku tidak tahu dengan siapa aku nanati di masa tua.

 

Ada kutipan yang sangat aku kagumi.

“Kalau kita nanti sudah sangat tua

Burdua saja di tepi meja

Yangkinkah kau kelak masih ada ikhlas merawat bianglala kita”

 

Begitu romantic, Sarwono. Aku terheran.  Aku dibuatnya jatuh cinta dengan kedalaman yang tak terkira.  

Dalam sekali makna yang terkandung. Kalau kita nanti sudah sangat tua, yang mengibaratakan nanti ketika tua akan tetap setia. 


Burdua saja di tepi meja.  dengan bersahaja di tepi meja menghabiskan waktu berdua. Yangkinkah kau kelak masih ada ikhlas merawat bianglala kita” Dengan ikhlas saling merawat dan menyakini akan datangnya kebahagiaan yang ditandai denghan bianglala (pelangi).    


Tidak hanya bait di atas. semua puisi yang ada dalam buku ini sangatlah nyaman untuk dibaca. 





 

 

 

 

ULASAN BUKU “KUASAI DIRIMU” KARYA AHMAD ZIKRAN

 

ULASAN BUKU “KUASAI DIRIMU” KARYA AHMAD ZIKRAN

Oleh Siti Halimah 

 

     





 

A.          Identitas Buku

  • Penulis                                        : Ahmad Dzikran
  • Penyunting isi & Korektor         M Igbal Dawami
  • Desain Sampul                           :Ujang Prayana
  • Desain Isi                                   : -
  • Finishing Isi                               : -
  • ISBN                                          : 978-602-71503-8-6
  • Penerbit                                      : Penerbit Gemilang
  • Tahun Terbit                               2017
  • Jumlah Halaman                         : 232 Hal


B.     Sinopsis

Musuh terbesar manusia terbesar dan terberat adalah manusia. Diri senidri yang malas, tidak disiplin, suka menunda pekerjaan, terlalu nyaman di zona nyaman, pesimistis, meragukan kemampuan sendiri, tidak mudah bergaul, dan tidak memiliki visi dan rencanan kehidupan. Inilah penghambat sesungguhnya bagi kesuksesan dan kebahagiaan.

Dalam buku ini juga dibahas mengenali diri, mengelola ego, menajamkan dan menjernihkan pikiran, berdialog dengan diri sendiri, memperbaiki kualitas diri, serta membuat visi besar dengan langkah kecil yang perlu segara dilakukan.  

Berikut adalah pembahan bagian dari salah satu bab yaitu cara membangun success mindset. Berikut adalah langkah-langkah untuk membangun mindset,

  • .      Tentukan kriteris sukses yang kamu inginkan
  • .      Tentukan target berdasarkan kriteria yang kamu tetapkan itu
  • .      Temukan sumber inspirasi dan motivasi
  • .      Tentukan prilaku-perilaku yang dapat mendukung pencapaian cita-cita
  • .      Catat keberhasilan kamu dalam aktivitas sehari-hari
  • .      Jangan pernah lagi dengan keraguan diri atau rasa minder
  • .      Catata juga kegagalan-kegagalan yang kam alami penyebabnya
  • .      Berani menantang oemikiran umum
  • .      Jangan patah semangat, teruslah bersabar
  • .  Lakukan pendekatan terhadpa setiap tantangan dengan membayangkan akhir yang diinginkan dalam pikiranmu
  • .  Gunakan perasaan itu untuk mengembanakan rasa percaya dirimu
  • .  Tuliskan penegasan tentang dirimu yang membungkus tingkat kepercayaan diri dan prestasi yang kamu inginkan
  • .  Berhenti melihat kesuksesan terkesan jauh dari dirmu
  • .   Menjadikan penderitaan sebagai factor pendorong meraih keberhasilan.  

Selain cara membangun mindset, juga dijelaskan bagaimana agar tetap konsisten. Konsisten adalah suatu sifat yang semua orang ingin memilikinya. Selama kamu bisa menentukan tujuan dan batasan yang spesifik dengan arah ynag jelas.

       Kepercayaan dibangun dengan konsisten. – Lincolin Chaffe (politisi Amerika)


Ubah pola pikirmu! 

Bersikap realistism jangan membuat rencana untuk menjadi konsisten dalam semua hal, kamu tidak harus konsisten 100 persen setiap saat, bangunlah tekadmu, tindakan dan ucapanmu harus sejalan, dan hilangkan pikiran negative.

 

C.    Orientasi

Buku ini berisikan informasi mengenai pedomat teoritis dan prkatis sekaligus untuk mengalhkan dan mengusasi diri senidri dan manjadi anda sebagai pemenang sejati. Didalamnya tersaji langkah-langkah untuk mengenali diri, mengelola ego, menjamkan dan menjernihkan pikiran, berdialog dengan diri sendiri, memperbaiki kualitas diri, serta membuat visi besar dengan langkah kecil yang perlu segera dilakukan.

 

D.    Tafsiran Isi

Buku ini berisi suatau cara untuk meningkatkan kualitas menjadi seorang guru. Penulis juga mengajarkan bagimana seharunsnya seorang guru menempatkan diri dalam lingkungannya. Berikut adalah tafsiran isi yang ada dalam buku tersebut.

 BAB I Kenali Siapa Dirimu

BAB II Kelola Egomu Sebelum Mengelola Cita-Citamu

BAB III Tajamkan Dan Jernihkan Pikiranmu

BAB IV ketika semuanya sulit, tanyakan pada dimru

BAB V apakah kamu memperburuk dimu dan memperindahnya?

BAB VI Think big, act small, start now

 

E.     Evaluasi

Keunggulan dari buku ini secara fisik memiliki cover bukunya pun  tebal dan sederhana dan kertas warna kuning membuat mata tidak sakit. Secara isinya, pada penyajian materi sangat ringkas dan mudah dipahamidengan menggunakan bahasa yang mudah dimengertiContoh yang diberikan lumayan lengkap, tidak ada penjelasan yang rumit, dan semuanya terangkum dengan jelas menggunakan poin-poin penting. Dengan ujaran sederhana, efisien dan elegan, dan dilengkapi cerita-cerita menarik. Pembaca tidak akan merasa kesulitan dalam mencari berbagai informasi mengenai buku ini. Sedangkan kelemahan pada fisiknya, kualitas binding-nya bisa awet dan tahan lama.

 

F.        Rangkuman Evaluasi

Buku kuasai dirimu merupakan bahan bacaan untuk semua kalangan, juga  berguna dalam memberikan informasi tentang cara-cara untuk mengenali diri, mengelola ego, menajamkan dan menjernihkan pikiran, berdialog dengan diri sendiri, memperbaiki kualitas diri, serta membuat visi besar dengan langkah kecil yang perlu segera dilakukan. 

 

 

 Tidak semua hal penting disampaikan dalam ulasan ini, silakan baca bukunya untuk mendapatkan informasi yang lebih rinci. selamat membaca!


BERBAHASA SEJAK LAHIR

  BERBAHASA SEJAK LAHIR :Siti Halimah   “Terdapat banyak bukti bahwa manusia memiliki warisan biologi yang sudah ada sejak lahir berup...