Aku tidak ingin berdamai dengan hujan. Aku tidak akan
menyerah karena hujan Turun. Hingga hujan akan berlalu dan bajuku akan kering lagi.
Aku membaca buku Carla Van Raay yang berjudul sebuah memoar Gods Callgirl Sang Pelacur Tuhan. Aku tidak tega kalau harus meneruskan kisahnya,
itu terlalu sakit. Apalagi membuatkan resensi, aku masih lemah iman. Dalam
buku, Carl mengatakan bahwa kehebatan dari para birawati adalah dokrin tentang kemahatahuan
Tuhan. Pikiranku begitu sulit dimengerti, aku berlumur malas atas pikiranku.
Bahkan sempat berpikir ingin mati karena malas. Lagian, jika semua orang
berpikir seperti anak kecil katolik yang menebus dosa dengan tiga cara bahwa—
setiap dosa pasti diampuni, kedua ada
hukuman yang diterapkan pada ddiri sendiri, dan ketiga ada ejakulasi. Aku akan
berdoa lebih dulu untuk mati. Dia takut mati, karena ia takut langsung masuk neraka.
Aku berumur dua puluh tiga tahun dan tak tahu apa yang lebih baik menurutku, karena
semua yang terbaik ada di Tuhan. Doanya terjawab— ia bertahan hidup.
Awalnya, aku datang untuk mengunjungi Nibiru, tapi ia masih tidak bisa diganggu. Dan aku melawan hujan, membiarkan jaket dan syalku kebahasan—aku kedinginan. Hujan membiarkanku menikmatinya, belajar dari Carla tentang dosa, Allahu Akbar. Ya, aku tidak seyakin Carla ketika dia menolak mati dari kecil karena pasti masuk neraka, aku tidak tahu di mana Tuhan akan memberikanku tempat nanti. Tapi aku dengan perngharapan adalah syurga.
Deepak Chopra menyatakan bahwa hanya keintiman dengan
diri sendiri yang akan membawakan penyembuhan yang sejati. Aku yang kini
menyayangi diriku sendiri, artinya adalah bebas untuk merasakan apa yang datang
untuk dirasakan.
Meskipun Carla merasakan luka dan mengakuinya, lalu ia
berhasil keluar, hingga harus berbicara dosa dirinya sendiri melalui buku. Ini piihannya.
Allah, ini semua milikMu. Jika aku melakukan dosa saja dan tanpa berbuat baik,
matikan saja aku tanpa harus mendengarkan Carla. Aku dan Carla beda.
Selagi aku berpikir tentang Carla dan asyik dengan
bukunya. Ponselku berdering, tak berapa lama ada dua pemuda yang menghampiriku.
Nyatanya mereka yang lebih paham tentang cinta. Aku tidak tahu bagaimana dua
pemuda ini jika kuajak berpikir tentang dosa. Karena 100% dari dosa, 90% dari
itu adalah cinta yang belum halal, Tuhan yang lebih tahu tentang ini. Lagi-lagi aku ingin Tuhan menjaga rasa ini
hingga aku bertemu jodohku nanti. Karena sebelum kita berjodohpun aku lebih dulu
mencintaimu. Entah, apakah pikiranku yang maya ini adalah dosa. Dan lagi
aku melanjutkan perjalanan tanpa menyerah pada hujan.
Lagi, aku belum paham dengan pikiranku. Kenapa aku terlalu
senang mencintai orang yang tak pernah mencintaiku, semisal mencintai Mahari,
sunyi, kopi, tamtam, katak, ular dan labalaba. Sedikitpun mereka tak pernah
mencintaiku. Entah, apakah ini disebut dosa? se-apapun itu aku seyakin Carla
namun bukan persoalan kematian, tapi soal cintaku pada Allah. Kenapa
kesenanganku ada pada mereka. Ya, karena mereka milikMu—dan aku mencintainya
sebabMu. Biarpun Carla pernah menjadi anak kecil katolik, itu urusan dia dengan
TuhanNya.
No comments:
Post a Comment