Perempuan yang akrab dengan Sunyi dan Kopi. Setelah mencintai Mahari, Bunga, dan Tamtam. Ada yang lebih aku cintai yaitu ular, katak dan laba-laba.- Siti Halimah

BERKENALAN DENGAN EKA KURNIAWAN DAN BOY CHANDRA






Mulai besok adalah minggu keenam Saya berada #dirumahsaja. Saya akan menceritakan perjalanan membaca ketika berkenalan dengan beberapa penulis melalui tulisannya.

Saya adalah orang yang tidak bisa membaca novel atau cerita berhari-hari. Terlama, Saya harus menyelesaikannya selama tiga hari. Jika lebih dari tiga hari maka Saya akan lupa dengan bacaannya dan beralih ke-bacaan yang lain. Buku yang akan Saya sedikit ceritakan dalam tulisan ini adalah korban dari beberapa tahun yang lalu, sempat Saya tinggalkan karena lupa dan banyak kerjaan.

Saya juga biasanya akan beda-beda buku saat membaca, tergantung waktu dan tempat. Saya juga bingung kenapa Saya seperti ini. Kalo saya sedang di atas kasur; saya pasti membaca tentang buku keagaamaan atau tentang buku motivasi, biasanya Saya baca di atas kasur sebelum atau setelah tidur saja. Jadi di atas kasur samping bantal itu pasti ada buku. Nah, untuk novel biasanya Saya simpan di atas meja belaja. Belakangan ini Saya sedang senang membaca novel elektronik, entah kenapa. Mungkin saja  karena saya bisa membukanya saat sedang mengerjaakan pekerjaan lain. lalu, untuk buku pelajaran atau buku teori  yang harus saya pelajari juga disimpan di atas meja belajar, akan beda lagi buku yang saya baca ketika berada di ruang tamu atau sedang di luar. Entah, Saya tidak bisa baca satu buku. Pasti Saya membaca beberapa buku dalam sehari.

Saya akan bercerita mengenai bacaan Saya minggu ini. Sudah saya jelaskan di awal jika Buku yang akan Saya sedikit ceritakan dalam tulisan ini adalah korban dari beberapa tahun yang lalu, sempat Saya tinggalkan karena lupa dan banyak kerjaan.

Saya menyelesaikan bacaan Saya mengenai buku kumpulan cerita Eka Kurniawan yang berjudul Curat-Coret di Toilet, ini adalah kali pertama Saya membaca karyanya. Meskipun Eka Kurniawan ini sudah sering saya dengar bahkan saya memegang bukunya tapi belum sempat Saya baca secara serius karena berbagai hal. Namun, untuk saat ini Saya sudah bingung berkegiatan apa lagi setelah menyelesaikan tugas dan pekerjaan. Tapi Saya jadi punya kenalan baru, ternyata karya-kaya yang ia ciptakan penuh dengan kejutan. Banyak sekali kejutan, meskipun membaca karyanya itu membuat dada sesak tapi kata-kata yang ia sampaikan melalui buku ini sangat rapi, dan aku  jatuh cinta, pun dengan jalan cerita yang ia suguhkan sungguh membuat kagum.  Saya membaca buku ini dalam waktu dua hari, hari pertama pagi hari dan hari kedua sore hari.  Ada bberapa judul yang sangat menarik salah satunya Tertangkapnya Si Bandit Kecil Pencuri Roti. Sedih sekali di akhir cerita Si anak Bandit  itu berkata pada pak polisi.
…antara suara tangisnya yang menyedihkan itu, ia berkata: ”Bapak polisi, antarkan aku kepada ibuku. Aku ingin punya ibu sendiri yang akan membawaku pergi ke pasar malam. Aku ingin punya ibu sendiri yang akan memberiku rumah. Aku juga ingin punya ibu sendiri yang akan memberiku uang untuk membeli roti sehingga aku tak perlu mencurinya ...”

Betapakah Si Anak Bandit ini sangat merinduka sosok ibu. Saya tinggalkan dulu Eka Kurniawan selanjutnya Saya mulai membuka lagi rasa penasaran, hingga keesokan harinya Saya mencoba dulu untuk berkenalan dengan Boy Chandra penulis yang banyak digandrungi oleh anak remaja, lembar demi lembar hingga akhirnya Saya menyelesaikannya selama dua hari. Sebenarnya Saya bisa saja menyelesaikan bacaan ini hanya dengan satu hari saja. Tapi beda, Saya harus membaca sambil mngerjakan hal lain.   

Sempat terbesit malas sekali membaca buku Boy Chandra ini, tapi aku melawan kemalasan itu karena alasan sederhana. Kenapa Saya malas? saya tidak suka novel yang membicarakan kisah remaja. Saya tidak suka buku tentang percintaan remaja. kebetulan buku ini elektonik. Tapi Saya penasaran kenapa banyak orang yang jatuh cinta pada Boy Chandra. Ceritanya tidak mengecewakan, membaca setiap bab-nya Saya terus menerka-nerka sendiri. Bagaimana seorang Gian dengan kehidupan perncintaannya, persahabatan, keluarganya dan pendidikannya.  Awalnya ketika Gie putus dengan Kaila, Saya menerka dia bakal dengan Putri, tapi Saya salah setelah terus membacanya sampai selesai dia menemui cintanya lagi yaitu bersama Aira dan Putri akhirnya jadian dengan salah satu sahabat mereka Andre. Meskipun Aira harus pergi ke jepang dan Gie harus rela menunggu Aira, hingga di akhir cerita beberapa tahun kemudain Gie pergi ke Jepang untuk bertemu dengan Aira dan melepas rindu setelah lam tidak berjumpa.   

Yah, sebenarnya akhir cerita sangat indah, tapi Saya tidak suka dengan kisah percintaannya mungkin karena aku tidak mengalami hal tersebut. Entahlah. Tapi penyampaian melalui Tulisan sangat sederhana jadi mudah dibaca dengan sekali duduk.
Tapi ada yang membuatku jatuh cinta yaitu pepatah seorang ayah yang sangat menyentuh dalam buku Boy ini.
“ Gie…, mimpi itu hanya bunga tidur dan selasai saat kamu terbangun. Sedangkan impian adalah harapan yang baru saja dimulai saat kamu terbangun. Maka berhentilah bermimpi dan perjuangkan impianmu.”  Itu nasihat yang ayah selalu berikan.   

Oh iya, buku Boy ini juga sebnarnya diselipi dengan beberapa informasi kebudayaan dan bahasa padang. Jadi banyak pelajaran dari daerah juga yang bisa kita ambil dari buku Boy Chandra yang ini.

Tapi Saya masih mengejar target membaca lagi karya mereka yang lainnya, agar kenal lebih dekat. Sebelum membaca karya mereka Saya akan terlebih dahulu menuntaskan novel Fiersa Besari yang berjudul Garis Waktu, karyanya menarik sekali. Bahasa yang digunakan juga mengalir. Aku jatuh cinta dibuatnya, dan hari ini ketika aku menulis tulisan ini aku sedang membacanya baru sampai lembar ke-10.

Sepertinya #dirumah aja akan menjadi hal yang menyenangkan bagiku. Saya akan berkenal dengan berbagai penulis melalui karyanya.  

Selamat membaca dan tetap #dirumahaja















KATANYA CINTA DAN STRESS ITU DEKAT




Buku Responding Stress karya Dr. Tim Rogers dan Fiona Graham adalah buku yang Saya beli beberapa tahun lalu, dan menjadi bahan wajib untuk dibaca setiap tahun. Tapi buku ini masih sedang Saya pelajari, masih Saya aplikasikan pada hidup. Jadi Belum bisa Saya ceritakan. Saya adalah orang yang dekat dengan stress. Karena Saya panikan, mudah khawatir dan mudah tersinggung. Bahkan kalau Ibu atau Bapak sakit saja, saya sering mengalami setres. Apapun yang dilakukan selalu saja tidak tenang. Saya sedang berjuang melakukan berbagai cara, agar tidak selalu memiki rasa seperti itu. 


Sedangkan buku kedua adalah cara mengendalikan stress karya Suroto adalah buku yang Saya pinjam dari perpus sekolah beberapa bulan yang lalu. Bagiku Membaca buku ini adalah ketidakselesaian. Saya terbantu dengan buku ini, disaat Saya sedang keadaan tidak baik. Namun bukan berarti kehidupan Saya penuh dengan kerumitan. Yang akan Saya singgung lebih dalam pada buku ini adalah bersikap positif, karena saya sedang berjuang untuk belajar bersikap positif.


Sepertinya yang diceritakan oleh Suroto dalam bukunya, selalu berfikir terserah orang yang berbuat apapun, selama Saya tidak ikut didalamnya yang penting Saya akan menjaga diri agar selalu berbuat baik.

Mengapa stress harus kita bahas? mungkin stress rentan terjadi bagi seorang yang sudah bekerja atau bahkan seorang pasangan? kita tidak tahu, semua tergantung cara pengendaliannya. Dan ada bab pada buku Suroto yang Saya yakini bahwa bersikap positif bisa jadi salah satu cara yang akan mengendalikan stress yang berasal dari merasa salah, khawatir atau tersinggung atau kecewa.

Saya sudah menerapkan hal ini dari setahun yang lalu. Saya berusaha untuk selalu berpikir positif, kejadian seburuk apapun ada nilai postif didalamnya. Lalu Saya belajar lagi dari ucapan al marhum Jendral Bambang Sugeng. “Saya selalu memandang orang segi baiknya”

Berikut adalah beberapa hal dari buku Suroto yang sering membuat seorang stress dan ajaran untuk bersikap positif, dan Saya ambil hal baiknya dengan pengalaman Saya.  

Direndahkan teman. Sedari dulu Saya tidak pernah secara langsung direndahkan teman. Entahlah, tapi belakangan Saya sempat merasakan hal ini. Ketika kemampuan direndahkan oleh seorang teman seprofesi, dan itu sakit sehingga menimbulkan gejala stres yang harus dikendalikan. Saya mulai panik, Saya stress. Saya tak tahu bagaimana cara mengendalikan rasa sakit Saya hingga akhirnya Saya mengundurkan diri. Lalu Saya membuka dua buku ini. Dan memutuskan. “Saya tidak dapat berbuat lain kecuali menyimpan rasa sakit dan menerimanya”. Hanya dengan kalimat dan mengundurkan diri Saya mengendalikannya.

Disombongi. Saya merasa Saya tidak punya apa-apa, bahkan Saya tidak bisa apa-apa. Apa yang telah Saya berikan pada dunia ini, pada orang-orang yang ada disekitarkku. Rasanya Saya malu pada diri ini. Dalam hati selalu berjanji akan belajar sekuat tenaga. Jadi jikapun disombongi, ya tidak apa-apa, Saya sedang belajar sekuat tenaga.

Diperlakukan beda. Lagi-lagi Saya tidak pernah merasakan diperlakukan beda. Tapi akhir-akhir ini Saya merasa sering diperlakukan beda, Saya seperti orang bodoh dimatanya. Dan itu terjadi di tempat kerja Saya serakang. Tapi lagi-lagi Saya mencari buku ini, Saya menemukan cara untuk mengtasinya. “Saya kemudian membiasakan diri mengubah setiap perasaan yang timbul. Dan juga setiap ejekan yang Saya terima dari siapapaun menjadi cambuk untuk meningkatkan kebiasaanku.“ Ya, Saya harus menghapus peraasan ini. Perasaan selau diperlakukan beda.

Menggerutu Jujur Saya adalah orang yang tidak bisa secara langsung menyampaikan kekecewaan kepada orang, kecuali pada saudara, ibu dan bapak. Ya, kecuali dengan orang-orang terdekat. Saya sering sekali menggerutu secara langusng. Tapi yang sedang Saya jauhkan adalah menghilangkan sikap gerutu Saya. Kata Suroto jangalah suka menggerutu sebab itu akan menjadi penghalang kemajuan dan menjauhkan rejeki. Saya sedang belajar untuk tidak menggerutu. Saya mendapat pelajaran dari buku yang saya baca. Menggurutu itu menimbulkan kesan bahwa kita terlalu banyak meminta, orang tidak dapat mengatasi masalah, dan akan menutup pikiran mencari jalan keluar yang baik. Ya, memang benar. Gerutu itu adalah manisfestasi sikap negative. Bagaimana cara menghindarinya? cara mengihindari gerutu adalah dengan menerima keadaan yang tidak menyenangkan secara realisitis.

Tidak Bahagia. Mensyukui apa yang Saya terima. Jika  sikap positf dilaksanakan maka akan menimbulkan kebahagian,  Dan bahagian itu adalah sikap hati dan perasaan diri sendiri.

Tidak Konstruktif. Sikap konstruktif diwujudkan dengan tekad untuk tidak ikut-ikutan dalam berbuat tidak baik, sekurangnya adalah sikap untuk tidak berbuat deskruktif yang merugikan masyarakat.  Membangaun dan menyukseskan sikap baik tanpa pamrih, jika berbuat baik maka kita akan merasakan manfaatnya.

Tidak Optimis sikap adaptif.  Saya adalah orang lemah dalam hal ini. Dan optimis ini bisa dipandang salah satu cara mengendalikan setrees, juga sikap adptif.  

            Dan banyak hal lain yang akan kalian dapatkan dari mmebaca dua buku ini, selain yang aku sebutkan diatas. Sekali lagi, stress itu dekat dengan Saya. Lalu cinta? Dia ada diantaranya. selain Saya harus tetap menyandarkan diri pada Allah SWT dan Al-quran, Saya juga tidak lepas dari dua buku ini. Setidaknya ada yang mengingatkan untuk mengendalikan stress. Saya serahkan semuanya sama Allah SWT. Atas pertolongan Allah Saya jadi lebih bisa mengendalikan stress lebih santai dan semua akan baik-baik saja.

BERBAHASA SEJAK LAHIR

  BERBAHASA SEJAK LAHIR :Siti Halimah   “Terdapat banyak bukti bahwa manusia memiliki warisan biologi yang sudah ada sejak lahir berup...